Pengertian Strategi Komunikasi dan Penerapannya

Strategi komunikasi merupakan paduan dan perencanaan komunikasi (communication planning) dan manajemen komunikasi (communication management) untuk mencapai suatu tujuan.

Strategi Komunikasi

Katalisnet.com — Komunikasi merupakan faktor penting dalam menunjang kinerja dan citra sebuah lembaga.

Seiring perkembangan pesat media, baik lembaga –instansi pemerintah, swasta, bisnis– harus mampu memanfaatkan setiap media yang ada untuk mengembangkan komunikasi dengan klien,  konsumen, atau publik.

Krisis dapat dialami oleh berbagai instansi, lembaga, organisasi, ataupun perusahaan sehingga menurunkan kepercayaan publik terhadap lembaga. Krisis dapat bersumber dari berkembangnya opini negatif publik akibat pemberitaan media.

Bagaimana strategi komunikasi sehingga terhindari dari krisis? Bagaimana cara menghadapi bahkan mengubah krisis menjadi peluang meningkatkan citra lembaga di mata publik? Bagaimana sebuah lembaga, khususnya Humas (PR) atau Marcomm melakukan komunikasi internal dan eksternal yang efektif?

Humas (PR) ataupun Marketing Communication (marcomm) lembaga/instansi dituntut mampu:

Read More
  1. Mengenali Bentuk-bentuk Krisis Brand Lembaga
  2. Mengenali dan menganalisis penyebab terjadinya krisis komunikasi
  3. Mengemas pesan positif yang disampaikan kepada masyarakat/publik
  4. Mengemas pesan efektif
  5. Memilih saluran komunikasi (media) yang dibutuhkan dan paling efektif
  6. Memetakan sumber daya yang dibutuhkan untuk komunikasi efektif
  7. Mengevaluasi proses penanggulangan krisis
  8. Me-review strategi komunikasi yang digunakan.

 

Pelatihan Strategi Komunikasi | Komunikasi Praktis

Contents

Pengertian Strategi Komunikasi

Strategi komunikasi adalah perencanaan dalam penyampaian pesan melalui kombinasi berbagai unsur komunikasi seperti frekuensi, formalitas, isi, dan saluran komunikasi.

Strategi komunikasi berfokus pada cara bagaimana agar pesan yang disampaikan mudah diterima, dipahami, dan dapat mengubah sikap atau perilaku.

Menurut Onong Uchyana Effendy (2011), strategi komunikasi adalah perencanaan yang efektif dalam penyampaian pesan sehingga mudah dipahami oleh komunikan dan bisa menerima apa yang telah disampaikan sehingga bisa mengubah sikap atau perilaku seseorang.

Kulvisaechana (2001) mengartikan strategi komunikasi sebagai penggunaan kombinasi faset-faset komunikasi, termasuk di dalamnya frekuensi komunikasi, formalitas komunikasi, isi komunikasi, saluran komunikasi.

Strategi komunikasi erat hubungan dan kaitannya antara tujuan yang hendak dicapai dengan konsekuensi-konsekuensi (masalah) yang harus diperhitungkan, kemudian merencanakan bagaimana mencapai konsekuensi-konsekuensi sesuai dengan hasil yang diharapkan atau dengan kata lain tujuan yang hendak dicapai.

Tujuan Strategi Komunikasi

Tujuan strategi komunikasi di antaranya meningkatkan efektivitas komunikasi. Menurut R. Wayne Pace, Brent D. Paterson, dan M. Dallas Burnet dalam Techniques for Effective Communication, tujuan sentral strategi komunikasi terdiri atas tiga:

  1. To secure understanding, yaitu memastikan bahwa komunikan mengerti pesan yang diterimanya.
  2. To establish acceptance, yaitu pembinaan atau pengelolaan pesan yang diterima oleh komunikan.
  3. To motivate action, yaitu mendorong komunikan untuk melakukan tindakan sesuai dengan yang kita inginkan.

Ringkasnya, tujuan strategi komunikasi adalah memastikan komunikan mengerti dengan pesan yang diterimanya. Ketika komunikan telah mengerti dan menerima, penerimanya itu harus dibina (to establish acceptance) dan pada akhirnya kegiatan komunikasi dimotivasikan (to motivate action).

Penerapan Strategi Komunikasi

Menurut Anwar Arifin (1994), ada beberapa teknik yang dapat digunakan dalam penerapan strategi komunikasi.

1. Redundancy (Repetition).

Teknik ini meliputi cara memengaruhi khalayak dengan jalan mengulang-ulang pesan. Dengan teknik ini, audiens akan lebih memperhatikan pesan itu.

2. Canalizing.

Teknik canalizing adalah memahami dan meneliti pengaruh kelompok terhadap individu atau khalayak. Untuk berhasilnya komunikasi ini, maka harus dimulai dari memenuhi nilai-nilai dan standard kelompok dan masyarakat dan secara berangsur-angsur mengubahnya ke arah yang dikehendaki.

Akan tetapi bila hal ini kemudian ternyata tidak mungkin, maka kelompok tersebut secara perlahan-lahan dipecahkan, sehingga anggota-anggota kelompok itu sudah tidak memiliki lagi hubungan yang ketat.

Dengan demikian pengaruh kelompok akan menipis dan akhirnya akan hilang sama sekali. Dalam keadaan demikian itulah pesan-pesan akan mudah diterima oleh komunikan.

3. Informatif.

Teknik informatif adalah suatu bentuk isi pesan, yang bertujuan mempengaruhi khalayak dengan jalan memberikan penerangan. Penerangan berarti menyampaikan sesuatu apa adanya, apa sesungguhnya, di atas fakta-fakta dan data-data yang benar serta pendapat-pendapat yang benar pula.

Teknik informatif ini, lebih ditujukan pada penggunaan akal pikiran khalayak, dan dilakukan dalam bentuk pernyataan berupa keterangan, penerangan, berita dan sebagainya.

4. Persuasif.

Teknik persuasif adalah mempengaruhi dengan jalan membujuk. Dalam hal ini khalayak digugah baik pikirannya, maupun dan terutama perasaannya.

Situasi mudah terkena sugesti ditentukan oleh kecakapan untuk mengsugestikan atau menyarankan sesuatu kepada komunikan (sugestivitas) dan mereka itu sendiri diliputi oleh keadaan mudah untuk menerima pengaruh (sugestibilitas).

5. Edukatif.

Teknik edukatif merupakan salah satu usaha mempengaruhi khalayak dari suatu pernyataan umum yang dilontarkan, dapat diwujudkan dalam bentuk pesan yang akan berisi pendapat-pendapat, fakta-fakta, dan pengalaman-pengalaman.

Mendidik berarti memberikan sesuatu ide kepada khalayak apa sesungguhnya, di atas fakta-fakta, pendapat dan pengalaman yang dapat dipertanggungjawabkan dari segi kebenaran, dengan disengaja, teratur dan berencana, dengan tujuan mengubah tingkah laku manusia ke arah yang diinginkan.

6. Koersif.

Teknik koersif adalah mempengaruhi khalayak dengan jalan memaksa. Teknik koersif ini biasanya dimanifestasikan dalam bentuk peraturan-peraturan, perintah-perintah dan intimidasi-intimidasi. Untuk pelaksanaannya yang lebih lancar biasanya di belakangnya berdiri suatu kekuatan yang cukup tangguh.

Masih menurut Arifin (1994), agar pesan dapat tersampaikan secara efektif, maka komunikan perlu menentukan langkah-langkah strategi komunikasi, yaitu sebagai berikut:

a. Mengenal khalayak

Untuk mencapai hasil yang positif dalam proses komunikasi, maka komunikator harus menciptakan persamaan kepentingan dengan khalayak terutama dalam pesan, metode dan media.

Untuk mempersamakan kepentingan tersebut maka komunikator harus mengerti dan memahami pola pikir (frame of reference) dan pengalaman lapangan (field of experience) khalayak secara tepat dan seksama.

Yang harus dimengerti komunikator dari khalayak adalah kondisi kepribadian dan kondisi fisik khalayak, seperti pengetahuan khalayak mengenai pokok permasalahan, pengetahuan khalayak untuk menerima pesan-pesan lewat media yang digunakan, dan pengetahuan khalayak terutama perbendaharaan kata yang digunakan, serta situasi kelompok di mana itu berada.

Komunikan juga harus memahami engaruh kelompok dan masyarakat serta nilai-nilai dan norma-norma dalam kelompok itu berbeda.

b. Menentukan tujuan

Tujuan komunikasi menentukan fokus strategi komunikasi yang akan digunakan. Adapun beberapa tujuan komunikasi yang baik antara lain yaitu:

  • Memberikan informasi merupakan interaksi komunikasi. Masyarakat cenderung merasa lebih baik diberi informasi yang telah diperlukannya atau yang akan diberi jalan masuk menuju informasi tersebut yang merupakan bagian dari keadaan percaya dan rasa aman.
  • Menolong orang lain, memberikan nasehat kepada orang lain dalam mencapai tujuan.
  • Menyelesaikan masalah dan membuat keputusan, karena semakin tinggi kedudukan atau status seseorang maka semakin penting meminta orang lain untuk keahlian teknis sehingga dalam penyelesaian masalah atau membuat keputusan tersebut harus ada komunikasi untuk meminta data sebagai bahan pertimbangan.
  • Mengevaluasi perilaku secara efektif, yaitu suatu penilaian untuk mengetahui hal-hal yang akan mereka lakukan setelah menerima pesan.

c. Menyusun pesan

Model pilihan strategi melihat bagaimana komunikator memilih di antara berbagai strategi pesan untuk mencapai suatu tujuan, sedangkan model desain pesan memberikan perhatiannya pada bagaimana komunikator membangun pesan untuk mencapai tujuan.

Proses tersebut kemudian menjadi langkah untuk menentukan strategi komunikasi dengan cara menyusun pesan.

Syarat-syarat yang perlu diperhatikan dalam menyusun pesan yaitu:

  • Pesan harus dirancang dan disampaikan sedemikian rupa sehingga dapat menarik perhatian sasaran.
  • Pesan harus menggunakan tanda-tanda yang tertuju kepada pengalaman yang sama antara sumber dan sasaran , sehingga sama-sama dapat dimengerti.
  • Pesan harus membangkitkan kebutuhan pribadi pihak sasaran dan menyarankan beberapa cara untuk memperoleh kebutuhan itu.
  • Pesan harus menyarankan suatu jalan untuk memperoleh suatu kebutuhan yang layak bagi situasi kelompok dimana sasaran pada saat digerakkan untuk memberi jawaban yang dikehendaki.

d. Metode dan media

Metode komunikasi akan turut mempengaruhi penyampaiannya pesan oleh komunikator kepada komunikan. Dalam menciptakan komunikasi yang efektif, pemilihan media memiliki peran penting.

Terdapat empat ciri pokok dalam komunikasi melalui media, terutama bagi media massa:

  • Bersifat tidak langsung, artinya harus melalui media teknis.
  • Bersifat satu arah, artinya tidak ada reaksi antara para peserta komunikasi.
  • Bersifat terbuka, artinya ditunjukkan kepada publik yang terbatas dan anonim dan mempunyai publik yang secara geografis terbesar.

Hambatan Strategi Komunikasi

Hambatan dalam komunikasi umumnya terjadi pada saat penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan sering terjadi tidak tercapainya pengertian sebagaimana yang dikehendaki, malah timbul kesalahpahaman.

Tidak dapat diterimanya pesan tersebut dengan sempurna dikarenakan perbedaan lambang atau bahasa antara apa yang dipergunakan dengan yang diterima. Atau terdapat hambatan teknis lainnya yang menyebabkan gagasan terhadap kelancaran sistem komunikasi kedua belah pihak.

Menurut Ruslan (2003), terdapat empat jenis hambatan yang dapat mengganggu strategi komunikasi yaitu:

a. Hambatan dalam proses penyampaian (process barrier)

Hambatan ini bisa datang dari pihak komunikator (sender barrier) yang mendapat kesulitan dalam penyampaian pesan-pesannya, tidak menguasai materi pesan, dan belum memiliki kemampuan sebagai komunikator yang andal.

Hambatan ini bisa juga berasal dari penerima pesan tersebut (receiver barrier) karena sulitnya komunikan dalam memahami pesan itu dengan baik. Hal ini dapat disebabkan oleh rendahnya tingkat penguasaan bahasa, pendidikan, intelektual dan sebagainya yang terdapat dalam diri komunikan.

Kegagalan komunikasi dapat pula terjadi dikarenakan faktor-faktor, feedback-nya (hasil tidak tercapai), medium barrier (media atau alat dipergunakan kurang tepat), dan decoding barrier (hambatan untuk memahami pesan secara tepat).

b. Hambatan secara fisik (physical barrier)

Sarana fisik dapat menghambat komunikasi yang efektif, misalnya pendengaran kurang tajam dan gangguan pada sistem dan gangguan pada sistem pengeras suara (sound system) yang sering terjadi dalam suatu ruangan kuliah, seminar, pertemuan, dll. Hal ini dapat membuat pesan-pesan tidak efektif sampai dengan tepat kepada komunikannya.

c. Hambatan semantik (semantik barrier)

Hambatan segi semantik (bahasa dan arti perkataan), yaitu adanya perbedaan pengertian dan pemahaman antara pemberi pesan dan penerima tentang satu bahasa atau lambang.

Mungkin saja bahasa yang disampaikan terlalu teknis dan formal, sehingga menyulitkan pihak komunikan yang tingkat pengetahuan dan pemahaman bahasa teknisnya kurang. Atau sebaliknya, tingkat pengetahuan dan pemahaman bahasa teknis komunikator yang kurang.

d. Hambatan psiko-sosial (psychosocial barrier)

Adanya perbedaan yang cukup lebar dalam aspek kebudayaan, adat istiadat, kebiasaan, persepsi dan nilai-nilai yang dianut sehingga kecenderungan, kebutuhan serta harapan-harapan dari kedua belah pihak yang berkomunikasi juga berbeda.

Misalnya, seorang komunikator (pembicara) menyampaikan kata momok yang dalam kamus besar bahasa Indonesia sudah benar. Nyatanya kata tersebut dalam bahasa sunda berkonotasi karang baik.

Jika kata tersebut diucapkan pada pidato/kata sambutan dalam sebuah acara formal yang dihadiri para pejabat, tokoh dan sesepuh masyarakat sunda, maka citra yang bersangkutan (komunikator) dapat turun karena adanya salah pengertian bahasa.

Demikian pengertian strategi komunikasi dan penerapannya bagi kalangan humas atau marketing communication lembaga.

Sumber:

  • Effendy, Onong Uchyana. 2011. Ilmu Komunikasi: Teori dan Prakteknya. Bandung: Remaja Rosdakarya.
  • Kulvisaechana, Samboon. 2001. The Role Of Communication strategies in change management process. University of Cambridge.
  • Arifin, Anwar. 1994. Strategi Komunikasi: Sebuah Pengantar Ringkas. Bandung: Armico.
  • Ruslan, Rosady. 2003. Metode Penelitian Public Relations dan Komunikasi. Jakarta: Rajagrafindo Persada.

 

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *