Komunikasi adalah proses penyampaian pesan. Bagaimana agar komunikasi berhasil guna atau ada efeknya? Berikut ini pengertian dan tips komunikasi efektif dalam formula REACH.
Katalis.net — Pakar komunikasi Wilbur Schramm menyatakan, efektivitas komunikasi terkait bidang pengalaman komunikator dan komunikan.
Menurutnya, jika bidang pengalaman komunikator sama dengan bidang pengalaman komunikan, maka komunikasi akan berlangsung lancar (efektif).
Sebaliknya, bila pengalaman komunikan tidak sama dengan pengalaman komunikator, akan timbul kesukaran untuk mengerti satu sama lain.
Agar komunikasi efektif, kata Schramm, proses penyandian (encoding) oleh komunikator harus bertautan dengan proses penyandian oleh komunikan. Wilbur Schramm melihat pesan (message) sebagai tanda esensial yang harus dikenal oleh komunikan.
Contents
Pengertian Komunikasi Efektif
Secara bahasa, komunikasi efektif adalah komunikasi yang ada efeknya (akibatnya, pengaruhnya, kesannya) atau dapat membawa hasil atau berhasil guna.
Komunikasi efektif (effective communication) adalah pertukaran informasi, ide, perasaan yang menghasilkan perubahan sikap sehingga terjalin sebuah hubungan baik antara pemberi pesan dan penerima pesan. Pengukuran efektivitas dari suatu proses komunikasi dapat dilihat dari tercapainya tujuan si pengirim pesan.
Komunikasi efektif yaitu komunikasi yang mampu menghasilkan perubahan sikap (attitude change) pada orang lain atau komunikan.
5 Hukum Komunikasi Efektif: REACH
Bahasan tentang komunikasi efekfif umumnya menyertakan The 5 Inevitable Laws of Efffective Communication (5 Hukum Komunikasi Efektif) yang diringkas dalam kata REACH: Respect, Empathy, Audible, Clarity, Humble.
Lima Hukum Komunikasi Efektif ini tak terelakkan dalam satu kata yang merefleksikan esensi komunikasi itu sendiri. Komunikasi yang sesungguhnya pada dasarnya adalah bagaimana usaha kita meraih perhatian, cinta, minat, perhatian, simpati, respon, dan respon positif dari orang lain.
1. Respect
Respek adalah rasa hormat atau menghargai orang lain. Prinsipnya manusia ingin dihargai dan dianggap penting. Bahkan, jika kita harus mengkritik atau memarahi seseorang, lakukan dengan penuh hormat atau dengan menjaga martabat seseorang.
Praktiknya, lakukan komunikasi dengan kata dan cara yang santun, tidak menyinggung perasaan, tidak menggurui, dan pemilihan tutur kata yang baik dan dapat dipahami komunikan.
2. Empathy
Empati adalah kemampuan kita untuk menempatkan diri pada situasi atau kondisi yang dihadapi orang lain. Salah satu prasyarat utama memiliki empati adalah kemampuan kita untuk mendengarkan atau memahami terlebih dahulu sebelum didengar atau dipahami oleh orang lain.
Penulis buku The Seven Habits of Highly Effective People, Stephen Covey, memberikan saran:
“Seek first to understand – understand then be understood to build the skills of empathetic listening that inspires openness and trust”.
Carilah pertama untuk memahami – memahami kemudian dipahami untuk membangun keterampilan mendengarkan dengan empati yang menginspirasi keterbukaan dan kepercayaan.
Prinsip ini disebutnya dengan “komunikasi empatik”. Dengan memahami dan mendengar orang lain terlebih dahulu, kita dapat membangun keterbukaan dan kepercayaan yang kita perlukan dalam membangun kerjasama atau sinergi dengan orang lain.
Sikap empati akan memampukan kita untuk dapat menyampaikan pesan (message) dengan cara dan sikap yang akan memudahkan penerima pesan (receiver) menerimanya.
3. Audible
Audible artinya dapat didengar atau mudah diterima dan dipahami dengan baik. Pesan harus disampaikan melalui media atau delivery channel sedemikian hingga dapat diterima dengan baik oleh penerima pesan.
Hukum ini mengacu pada kemampuan kita untuk menggunakan berbagai media ataupun perlengkapan atau alat bantu audio visual yang akan membantu kita agar pesan yang kita sampaikan dapat diterima dengan baik.
Dalam komunikasi personal, hal ini berarti bahwa pesan disampaikan dengan cara atau sikap yang dapat diterima oleh penerima pesan.
4. Clarity
Clarity adalah kejelasan pesan sehingga tidak menimbulkan multiinterpretasi atau berbagai penafsiran yang berlainan.
Kesalahan penafsiran dapat menimbulkan berbagai dampak yang tidak diinginkan. Clarity juga dapat diartikan sebagai keterbukaan dan transparansi.
Dalam berkomunikasi kita perlu mengembangkan sikap terbuka (tidak ada yang ditutupi atau disembunyikan), sehingga dapat menimbulkan rasa percaya (trust) dari penerima pesan atau anggota tim kita. Tanpa keterbukaan akan timbul sikap curiga.
5. Humble
Hukum kelima dalam membangun komunikasi efektif adalah kerendahan hati. Sikap tawadhu’ ini merupakan elemen yang terkait dengan hukum pertama untuk membangun rasa hormat kepada orang lain, biasanya berdasarkan kerendahan hati.
Jika komunikasi yang kita bangun didasarkan pada lima hukum dasar komunikasi efektif di atas, maka kita bisa menjadi komunikator yang andal. Komunikasi kita berhasil membuat orang menerima pesan, memahaminya, dan “berubah”.*