Radio Pernah Jaya di Eranya, Bagaimana Nasibnya Sekarang?

radio

Katalisnet.com — Radio pernah menjadi primadona media hiburan dan informasi di zamannya. Masa keemasan radio terjadi sejak kemunculannya pertama kali hingga pertengahan sekitar tahun 2010-2015.

Sejak 2015 hingga kini, popularitas radio menurun, seiring perkembangan internet dan media online yang kian berkembang. Beragam media online (website dan aplikasi) kian memudahkan akses informasi dan hiburan dalam genggaman tangan (HP/Smartphone).

Bukan hanya menggerus popularitas media penyiaran radio, media cetak (koran/majalah) pun bertumbangan diterpa arus digitalisasi media berkat kehadiran internet (media online).

Radio punya peran besar dalam sejarah bangsa Indonesia. Sejarah awal mula radio di Indonesia, dimulai pada 1925 di Batavia (Jakarta). Kehadiran media radio di tanah air ditandai dengan berdirinya Batavia Radio Vereeniging (BRV). BRV mendorong pendirian sejumlah radio lainnya.

Sebelum kemerdekaan Indonesia, muncul Nederlandsch Indische Radio Omroep Maatschappij (NROM). Radio milik Pemerintah Hindia Belanda yang kini berubah nama menjadi Radio Republik Indonesia (RRI).

Radio memegang peranan penting dalam upaya pertahanan kemerdekaan Indonesia. Berkat radio, pidato-pidato heroik dari Bung Tomo menggelorakan semangat juang melawan sekutu kala itu.

Read More

Contents

Radio Masih Eksis

Apakah radio saat ini masih memiliki peran penting?

Radio masih eksis dan digemari masyarakat hingga saat ini. Menurut data Outlook Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Indonesia 2020/2021, televisi dan radio bahkan mengalami pertumbuhan sebesar 10,42% pada 2020.

Mengapa radio masih digunakan sampai sekarang?

Salah satu alasan kenapa radio masih eksis sampai sekarang adalah karena gratis dan bisa didengarkan di mana saja, tanpa internet sekalipun.

Dilansir laman resmi Kemenparekraf, radio tetap menjadi media yang tak lekang oleh zaman. Salah satu kelebihan media audio ini adalah kemudahan, gratis, dan fleksibilitasnya –bisa dinikmati penuh sembari beraktivitas.

Industri radio di Indonesia mengalami masa keemasan pada era 1980-1990. Pada periode ini radio memiliki beragam program favorit yang sangat eksis di telinga pendengar. Di tahun-tahun tersebut drama radio merupakan salah satu program yang paling ditunggu-tunggu.

Saat televisi muncul, masyarakat pendengar mulai beralih ke media televisi, namun radio masih bisa eksis di tengah bermunculannya stasiun televisi. Namun, hadirnya internet, makin membuat radio ditinggalkan pendengarnya.

Sisa-sisa masa kejayaan radio bisa disimak dari data Nielsen Radio Audience Measurement. Pada 2014, pendengar radio menghabiskan waktu untuk mendengarkan radio selama 16 jam per minggu. Sedangkan pada 2015 mengalami kenaikan, yakni 16 jam 14 menit, dan pada 2016 kembali naik menjadi 16 jam 18 menit per minggu.

Hasil temuan Nielsen juga menunjukkan hingga kuartal ketiga 2016 terlihat bahwa 57% dari total pendengar radio berasal dari Generasi Z dan milenial.

Banyaknya pendengar dari dua kalangan ini memberikan harapan besar bagi radio di Indonesia. Pasalnya, kedua kelompok usia ini disebut sebagai masa depan yang akan membuat radio tetap eksis.

Data terbaru temuan Nielsen Advertising Intelligence (Ad Intel) yang dirilis Nielsen Media Indonesia pada 2019 menunjukkan, total belanja iklan radio mencapai Rp1,7 Triliun. Itu artinya, media radio masih efektif untuk promosi karena pendengarnya masih banyak (atau ada).*

Video: Kursus Penyiar Radio Bandung

 

 

Related posts