WFH: Kerja Lebih Lama, Rapat Lebih Banyak

WFHKatalis.net, Jakarta — Work from Home (WFH) atau kerja dari rumah selama pandemi virus corona membuat pekerja menghabiskan lebih banyak waktu sekitar satu jam ekstra per hari.

Hal itu karena selama WFH para pekerja menerima lebih banyak email dan lebih banyak rapat dibandingkan saat bekerja di kantor.

Menurut hasil penelitian National Bureau of Economic Research, orang-orang yang bekerja dari rumah (WFH) menghabiskan sekitar 49 menit ekstra per hari.

Artinya, jam kerja lebih panjang, lebih banyak rapat dan lebih banyak email. Data tersebut didapat dari 3,1 juta pekerja.

Rata-rata waktu kerja diperpanjang 48,5 menit setelah pembatasan sosial ataupun kebijakan lockdown. Intensitas rapat meningkat 13 persen.

Studi ini menganalisis data penerimaan email secara anonim atau alamat tetap dirahasiakan, hingga jadwal rapat sekitar tiga juta pengguna.

Profesor di Harvard Business School, Juffrey Polzer, mengungkapkan survei yang lebih kecil yang juga menunjukkan hasil serupa.

Read More

Tim peneliti menganalisis data dari 21.000 perusahaan di 16 kota di Amerika Serikat, Eropa, dan Timur Tengah yang menunjukkan email yang diterima pekerja melonjak.

Sekalipun memperlihatkan perubahan lanskap kerja, seperti lebih banyaknya email namun tetap saja ditanggapi, para pekerja dihadapkan pada situasi yang sulit.

Di satu sisi ada perombakan besar pada cara dan haya kerja, tapi di sisi lain dihadapkan pada kemungkinan pemecatan massal kelompok profesional.

Kondisi itu disebut membuat para profesional cemas.

“Orang-orang takut, ketakutan di sekitar pekerjaan Anda, seputar kondisi ekonomi. Jadi pekerja ingin memastikan [manajer] tahu bahwa dia terus-menerus menanggapi email dan pesan,” tutur Cali Williams Yost, pendiri konsultan kerja Flex Strategy Group.

Hanya saja, bagi kebanyakan para pekerja, rapat-rapat cenderung berlangsung lebih singkat. Turun 11,5 persen atau hampir 20 menit per hari.

WFH Meningkat 

Menurut laporan The Times, sebelum wabah virus corona tercatat hanya 6 persen yang bekerja dari rumah. Sedangkan sejak April –menjelang puncak wabah– angkanya meningkat menjadi 43 persen.

Sebanyak 90 persen pekerja mengatakan ingin terus bekerja dari rumah dengan berbagai penyesuaian. Meskipun itu artinya mereka harus bekerja lebih lama. Sementara 70 persen di antaranya menyatakan lebih produktif saat WFH dibanding ketika di kantor.

Polzer menambahkan, para peneliti tidak membagi data berdasarkan gender untuk melihat penambahan rentang kerja antara laki-laki dan perempuan. Bagaimanapun kelebihan jam kerja atau overtime, menurut Polzer, sebuah tren yang bisa jadi akan semakin lama dan kian lama lagi, bukan hal yang baik dan sustainable.

“Organisasi harus mencoba mencari tahu jenis pekerjaan dan kapasitas orang yang menangani. Sebab orang akan mulai kelelahan atau burn out jika tak bisa memikirkan ulang kapan mereka punya waktu atau jeda,” saran Polzer. (cnn)

Related posts