Katalis.net, Jakarta — Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yan go digital akan meraih banyak keuntungan. Karenanya, pelaku UMKM terus didorong untuk memanfaatkan digitalisasi untuk berusaha.
Perkembangan industri 4.0 dan transformasi digital menjadi kata kunci agar detak jantung bisnis, termasuk UMKM, tetap hidup.
Menurut Sekretaris Kementerian Koperasi dan UKM (Kemenkop UKM) Rully Indrawan, banyak keuntungan yang akan diperoleh UMKM yang mampu bertransformasi memanfaatkan digitalisasi.
“Saya kira penting karena 3 alasan, yakni pertama, karena kondisi saat ini yang memang di mana ada sosial distancing, bertemu tatap muka menjadi aktivitas yang dihindari sebisa mungkin maka suka tidak suka digital adalah jawabannya,” kata Rully.
Keuntungan kedua, yakni tercipta efisiensi yang semakin memudahkan pelaku UMKM untuk menjalankan bisnisnya, seperti efisiensi biaya transportasi, pergudangan, bahkan promosi cukup dilakukan melalui media sosial Facebook, Instagram, dan Twitter, serta lainnya.
Ketiga, digitalisasi itu dibutuhkan untuk memperluas jaringan marketing, sehingga bisa merambah ke berbagai daerah bahkan negara lain, terkait produk-produk tertentu dan akses untuk pemasaran semakin bisa diperluas.
Dikemukakan, saat ini baru 13 persen atau 8 juta dari 64 juta UMKM di Indonesia yang masuk ke ranah digital. Sisanya masih menjadi PR berbagai pihak, termasuk Kementerian Koperasi dan UKM untuk mendorong UMKM segera menyeluruh go digital.
Rully menyebutkan, masih banyak permasalahan yang dialami UMKM di Indonesia, terkait infrastruktur, kemampuan menguasai teknologi, dan kemampuan beradaptasi yang dinilai masih kurang.
Oleh karena itu, pihaknya berupaya menjalin Kerjasama dengan berbagai pihak baik Kementerian, Lembaga, asosiasi, akademisi, komunitas usaha, dan platform-platform digital seperti Marketplace Shopee, Blibli, Tokopedia, Bukalapak, Grab, Smesco, dan sebagainya.
“Saya kira Kemenkop UKM tidak bisa berjalan sendiri kita berkoordinasi dengan berbagai kementerian dan Lembaga lain, seperti Kominfo dan lembaga-lembaga Pendidikan Tinggi, dan kelompok-kelompok usaha yang sudah memanfaatkan teknologi seperti platform-platform besar,” ujarnya.
Kemenkop UKM juga mengubah konsep Smesco bukan hanya sebagai trading tapi juga sebagai pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) sebagai pusat perubahan yang menempatkan digitalisasi menjadi bagian yang penting, seperti pelatihan-pelatihan, pendampingan, dan konsultasi.
“Kemudian berbagai supporting berbagai produk lain kita mencoba skema produk-produk kita memasuki bisnis platform, sehingga produk-produk UMKM bisa dikenal lebih luas lagi. Itulah upaya-upaya yang saat ini sedang dikembangkan,” ungkapnya.
Dengan begitu diharapkan UMKM yang belum masuk dalam ekosistem bisnis digital, bisa terdorong dan akhirnya dengan mantap memanfaatkan teknologi digital dengan baik.
Sejauh ini, Kemenkop UKM mencatat sejak pandemi terjadi, penjualan di e-commerce naik hingga 26 persen atau mencapai 3,1 juta transaksi per hari. Tentu saja itu kabar baik, Rully mengatakan di Kemenkop UKM hingga akhir 2020 menargetkan 2 juta UMKM agar masuk dalam platform digital.
“Harapan kita tahun ini pelaku UMKM bisa meningkat sebesar 2 juta UMKM yang memanfaatkan digital,” pungkasnya.
Di sisi lain, Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki mengatakan, dalam 1-2 tahun ke depan kekuatan ekonomi Indonesia akan bertumpu pada ekonomi domestik.
“Dalam kondisi resesi dunia harus kita hadapi. Karena ini bukan hanya Indonesia saja tapi dunia. Saya kira dalam 1-2 tahun ke depan kekuatan ekonomi akan bertumpu pada ekonomi domestik, saya kira ini menguntungkan UMKM,” kata Teten dalam acara Inspirato Sharing Session ‘Memulai Usaha di Era Krisis’, Rabu (2/9/2020).
Pemerintah berkomitmen untuk terus mengevaluasi program PEN agar bisa menggerakkan ekonomi domestik yang didominasi UMKM.
Menurutnya, di tengah krisis seperti ini berbeda dengan krisis tahun 1998, dimana UMKM tampil menjadi pahlawan ekonomi. Karena saat itu banyak usaha besar di sektor keuangan yang tumbang justru penyelamatnya UMKM.
“Saat ini justru yang terdampak UMKM, meski begitu Pemerintah tetap UMKM sebagai penyangga, paling tidak angka kemiskinan dan pengangguran tidak terlalu dalam,” katanya.
Lantaran pelaku UMKM terganggu dari sisi supply dan demand, mereka tak sanggup bayar cicilan ke bank, produksi terganggu, distribusi juga. Maka dari itu Pemerintah mencari solusi untuk UMKM salah satunya dari sisi pembiayaan untuk UMKM yang Bankable dan Unbankable.
“Yang sudah bankable sudah memberikan restrukturisasi pinjaman selama 6 bulan dan subsidi bunga untuk 6 bulan dan kita evaluasi lagi kalau memang keadaan ekonomi masih terpuruk akan kita perpanjang,” jelasnya. (Liputan6)