Katalisnet.com, Jakarta — WhatsApp akan membagikan data pengguna ke Facebook mulai bulan depan. Detail Internet Protocole (IP) dan Internet Service Provider (ISP) termasuk data yang dibagikan.
Menurut pakar keamanan siber, Alfons Tanujaya, data pengguna Whatsapp yang akan dibagikan ke Facebook bersifat metadata.
Metadata merupakan informasi yang dikumpulkan perusahaan internet mengenai penggunanya.
Menurut Alfons, informasi yang dikumpulkan Whatsapp dari pengguna ada dua, yakni terkait informasi dasar perangkat telepon seluler (ponsel) dan informasi dasar dari pengguna.
Informasi perangkat bisa mengenai detail perangkat keras, merek, tipe, memori, sistem operasi yang Anda gunakan, informasi peramban, Detail IP dan ISP pengguna, jaringan layanan seluler yang digunakan, nomor telepon, dan pengidentifikasi perangkat.
Informasi dasar pengguna antaranya siapa yang Anda kenal, siapa yang dikirimi pesan, kapan Anda berkirim pesan, seberapa sering berkomunikasi dengan seseorang atau grup, hingga lokasi ketika sedang melakukan chat atau sedang berbagi lokasi.
“Dari informasi metadata pengguna, Whatsapp dapat mengetahui pola komunikasi Anda tanpa perlu mengetahui isi komunikasi,” kata Alfons dalam keterangan tertulisnya dikutip CNN Indonesia, Sabtu (16/1/2021).
Menurut Alfons, metadata dapat memperlihatkan siapa yang sering dikontak, kapan, dan seberapa intens.
“Karena pola komunikasi dengan keluarga, teman, teman dekat dan ‘teman dekat lain’ memiliki pola tersendiri yang tidak bisa dihindari dan akan terdeteksi dengan tingkat akurasi yang sangat tinggi jika memiliki metadata dalam jangka panjang,” katanya.
Selain itu Whatsapp juga dapat mengetahui profil diri melalui group yang Anda ikuti. Misalnya, lingkaran pertemanan, hobi, hingga afiliasi politik.
Ia menegaskan, WhatsApp tidak memantau isi percakapan, baik di grup pribadi maupun di ruang chat pribadi. Pasalnya, sesuai informasi yang diberikan, semua komunikasi WhatsApp dienkripsi dari ujung ke ujung alias E2EE (end to end encryption).
Hal ini berarti “hanya” pengguna sesama anggota chat, baik chat pribadi maupun chat grup pribadi, yang memiliki kunci enkripsi dan dekripsi untuk semua isi chat yang dilakukan. Tidak ada pihak lain yang memiliki kunci ini, termasuk WhatsApp.
Alfons menilai pengguna tak perlu langsung menghapus Whatsapp karena kebijakannya tersebut. Sebab, ia menilai apa yang dilakukan Facebook group (Whatsapp) sebetulnya tidak berbeda dengan perusahaan internet lain.
“Sebagai contoh Youtube, Anda bisa memilih untuk tidak mendapatkan iklan dan membayar uang berlangganan. Namun tetap saja metadata anda diolah oleh Youtube dan digunakan untuk kepentingannya, salah satunya adalah untuk menampilkan rekomendasi video lain ketika anda menonton suatu video. Jadi dalam kasus ini, sudah bayarpun tetap metadatanya diolah,” katanya.
Alfons menyarankan untuk menyikapi ini pengguna sebaiknya mencegah satu perusahaan menguasai pasar terlalu besar dengan cara gunakan lebih dari satu aplikasi perpesanan. Dengan demikian, pengguna bisa mencegah perusahaan terkait bertindak arogan dan cenderung monopolistik.
“Mulai gunakan Telegram, Line atau Signal. Bukan karena lebih aman atau tidak mengeksploitasi data penggunanya karena pada prinsipnya semua penguasa pasar akan melakukan hal yang sama karena ada biaya besar pengadaan layanan (bandwidth, server, etc) yang harus mereka tanggung,” katanya.*