Katalisnet.com, Bandung — Wali Kota Bandung, Oded M Danial, menilai kebijakan ganjil genap di jalan-jalan Kota Bandung kurang efektif.
Oded lebih memilih skema penutupan jalan yang dirasa lebih efektif guna membatasi mobilitas masyarakat.
“Sampai hari ini di Kota Bandung belum, saya melihat contoh waktu di Bogor dulu kurang kefektif, jadi kurang efektif,” ujar Oded, Rabu (18/8/2021).
Oded menjelaskan, ganjil genap kendaraan justru merepotkan masyarakat, apalagi bagi mereka yang hanya punya satu kendaraan saja maka tidak bisa berpergian apabila sedang berlaku ganjil genap.
“Kalau menurut saya lebih efektif penutupan jalan, kan ganjil genap repot juga, masyarakat tambah repot juga,” ucapnya.
“Kalau kendaraan punya satu gimana, kena ganjil genap, nggak bisa pergi,” ungkapnya.
Pakar: Ganjil Genap Bukan untuk Batasi Mobilitas
Pakar Transportasi ITB, Sony Sulaksono Wibowo, menyebutkan pemberlakuan ganjil genap kendaraan tidak efektif, jika tujuannya membatasi mobilitas masyarakat di tengah PPKM.
Menurut Sony, ganjil genap hanya mengurangi kendaraan di ruas jalan itu, sedangkan di ruas lainnya tetap terjadi mobilitas tinggi karena kendaraan bertumpuk di jalan lain.
“Ganjil genap kemarin kan pas hari libur, weekend, jadi sebenarnya tidak terlalu efektif kalau tujuannya untuk kurangi mobilitas, tapi kalau kurangi mobilitas di ruas jalan itu saja ya ok,” kata Sony.
Ia menegaskan, ganjil genap tidak cocok untuk mengurangi mobilitas masyarakat saat PPKM, karena ganjil genap pada dasarnya untuk membuat masyarakat beralih ke transportasi umum.
Namun, yang menjadi pertanyaannya sekarang adalah apakah Kota Bandung sudah siap menyediakan alternatif transportasi untuk masyarakat.
“Yang namanya ganjil genap itu agar orang mau naik angkutan umum, sekarang pertanyaannya adalah alternatifnya udah ada belum, kalau ada ya kita kasih pinalti dengan ganjil genap, parkir mahal, itu bisa, tapi masalahnya sekarang alternatifnya apa, itu yang harus jadi perhatian,” ungkapnya.
Sebaliknya, jika tujuannya untuk membatasi pergerakan orang, maka yang perlu diperkuat adalah membatasi asal muasal pergerakan, bukan malah menutup jalan yang hanya akan menimbulkan kemacetan dan kerumunan.
Contoh membatasi pergerakan orang di antaranya dengan membatasi jam kantor, membatasi kapasitas pekerja, atau jam operasional pertokoan.
Sony menilai, ganjil genap di Kota Bandung lebih cocok dijadikan tujuan mengedukasi masyarakat agar mau beralih ke transportasi umum, bukan untuk membatasi pergerakan orang. (PRFM)