Tak Ada yang Bisa Menggantikan Kerja Keras

agus santosoOleh Agus Santoso *

“Genius is 1% inspiration, 99% perspiration.” Ya, sebuah quotes powerful dari pahlawan penerang dunia, Thomas Alva Edison, sang penemu bola lampu.

Edison telah benar-benar membuktikan bahwa perspirasi (peluh keringat) sebagai buah dari kerja keras, sangat dibutuhkan dan sangat besar pengaruhnya dalam pencapaian kesuksesan.

Edison tak hanya cerdas, tapi juga pekerja keras! Coba bayangkan, betapa hebatnya kerja keras Edison dalam melakukan eksperimen bola lampu.

Gagal satu, coba lagi, gagal lagi, coba lagi (dengan cara lain), terus hingga ribuan kali gagal, tetap tak menyerah sampai akhirnya berhasil!

Jika pada langkah ke-1001 dia berhenti dan menyerah, bisa jadi hingga saat ini dunia masih gelap-gulita saat malam, tak seterang sekarang.

Nah, ada yang menarik di sini. Saya melihat, ada kekeliruan persepsi sebagian orang yang menghindari kerja keras, dengan dalih memilih kerja cerdas.

“Nggak usah kerja keras lah, yang penting kerja cerdas!” Sebuah anggapan paradoksal antara kerja cerdas dan kerja keras.

Betul, jika itu dalam konteks bahwa “kerja keras” hanya diartikan sebagai “mengandalkan otot semata” dan berulang terus tanpa ada perbaikan.

Tentu kita bisa melihat sangat jauh perbedaannya, antara nilai kerja keras yang mengandalkan otot saja dengan kerja cerdas yang mengandalkan ilmu.

Tapi, dalam hal ini pun tak semua berlaku. Bisa kita lihat, berapa penghasilan para pemain bola atau pemain olahraga profesional yang notabene mengandalkan otot.

Seorang Ronaldo, Messi, Neymar, Bale, atau Suarez bisa mendapatkan gaji rata-rata Rp5 miliar per pekan! Wow!

Meski kita juga tak bisa serta merta mengatakan bahwa mereka “hanya mengandalkan otot”. Mereka juga sangat cerdas.

Frasa “kerja keras” menurut saya, mengandung makna lain yang lebih luas, yaitu ada unsur kesungguhan, kegigihan, keuletan, pantang menyerah, tak kenal lelah, mencurahkan segala potensi dan energi yang dimiliki.

Kerja keras, telah diakui sebagai salah satu kunci rahasia kesuksesan orang-orang besar dunia. Ini yang seringkali tidak banyak diketahui orang.

Bill Gates dan Steve Jobs, raja-raja komputer terkaya dunia, selalu bekerja keras tanpa kenal lelah siang dan malam dalam merintis dan mengembangkan bisnisnya.

Thomas Watson, mantan nahkoda perusahaan IBM pernah mengatakan, “Bakat, jenius, pendidikan, tak dapat menggantikan kegigihan. Hanya kegigihan dan tekad kuat yang menghasilkan kekuatan sangat besar!”

Orang terkaya ke-4 Indonesia, Chaerul Tanjung punya etos “kerja spartan”, gaya kerja ala pejuang badar yang pantang menyerah walau musuh lebih banyak dan lebih besar kekuatannya.

Dalam realitas, banyak ditemukan orang berbakat hebat, tak menjadi apa-apa, orang jenius hanya jadi pekerja biasa, orang berpendidikan tinggi, hidupnya malah terlantar.

Kenapa? Salah satunya adalah karena mereka tak mau gigih mencurahkan potensi dan memperjuangkan hidupnya.

So, untuk memenangkan kesuksesan sejati, selaraskan kecerdasan dengan kerja keras. Kecerdasan adalah potensi dan bekal untuk melalui anak tangga kegigihan.

Kerja cerdas dengan ilmu, kerja keras dengan antusias. Terlebih penting lagi adalah segala upaya kita tetap dilandasi doa dan niat ikhlas karena Allah SWT.

Salam Sukses Melangit!

* Agus Santoso, Digital Marketer, Founder MJB (Mitra Jutawan Berdaya), Founder Sekolah Bisnis GIMB Entrepreneur School, Founder GIMB (Gerakan Indonesia Muda Berbisnis), penulis buku 9 Kunci Sukses Enterpreneur.

 

Related posts