Katalis.net — Podcast telah menyebar seperti bunga liar, sejak pendiri Apple, Steve Jobs, pada 2005 mengatakan bahwa podcasting adalah generasi baru radio.
Podcast adalah istilah yang benar-benar baru saat itu. Ia penggabungan dari kata iPod dan broadcast. Istilah itu dicetuskan oleh kolumnis The Guardian dan jurnalis BBC, Ben Hammersley, setahun sebelum Jobs meramalkan masa depan podcast.
Secara sederhana, podcast diartikan materi audio atau video yang tersedia di internet yang dapat secara otomatis dipindahkan ke komputer atau media pemutar portable baik secara gratis ataupun berlangganan.
Karakteristik konten podcast audio memiliki sebagian gambaran karakteristik radio siaran, seperti sifatnya yang auditif dapat membangun imajinasi (theatre of mind).
Popularitas podcast sudah diprediksi. Format audio sebagai basis konten radio dapat menempati ‘ruang’ di internet. Sebuah hasil riset yang dirilis awal tahun 2016 oleh Reuters Institute yang berjudul “Media, Journalism, and Technology Prediction” menyebutkan bahwa internet memungkinkan format audio untuk bangkit kembali.
Podcast kini menjadi salah satu konten paling populer di jagat media digital. Menurut riset Edison Research and Triton Digital, saat ini ada lebih dari 800.000 podcast aktif dan 54 juta episode di seluruh dunia.
Bagaimana dengan popularitas podcast di Indonesia? Dari survei Daily Social dan Jakpat berjudul Podcast User Research in Indonesia (2018), 68 persen responden mengaku familiar dengan podcast. Bahkan, 81 persennya mendengar podcast dalam enam bulan terakhir.
Alasan kenapa mereka mendengarkan podcast karena format audio ini dianggap bisa menghadirkan fleksibilitas dan dinamisnya gaya hidup anak muda.
Selain itu, dengan format audio layaknya radio, pendengar bisa melakukan banyak hal secara bersamaan alias multitasking, berbeda dengan menonton video yang membuat kita harus terpaku pada visual.
Meskipun podcasting bisa menjadi usaha yang melelahkan, banyak orang telah menguasai media audio ini dan menunjukkan bahwa podcasting lebih dari sekadar iseng atau hobi.
Tips Mengelola Podcast
Mengutip Jurnal Kajian Jurnalisme Volume 1 Nomor 1 Tahun 2017, pengelolaan materi podcast audio pada dasarnya sama dengan ragam bentuk media lain.
Dalam bukunya “Expert Podcasting for Dummies”, Morris, Terra, dan Williams (2008) menekankan pentingnya perencanaan dengan menentukan topik yang sesuai.
Idealnya, pegiat podcast audio menggarap topik yang berada dalam bidang minat dan kemampuannya. Di samping itu, perlu mempertimbangkan ketersediaan sumber daya untuk menggarap topik-topik yang dipilih.
Misalnya, beberapa situs online perguruan tinggi menyediakan materi podcast berisi topik ilmiah dari para ahli atau pakar yang ada di perguruan tinggi tersebut.
Setelah menentukan topik, perhitungkan juga potensi khalayak atau pendengar yang membutuhkan dan atau berminat dengan topik yang direncanakan. Semakin besar potensi pendengar semakin layak rencana produksi dilanjutkan.
Pertimbangan lain adalah sejauh mana topik tersebut bisa digali lebih dalam atau lebih luas dikembangkan. Hal ini memudahkan pengelola untuk memproyeksikan topik-topik turunan untuk diproduksi lebih lanjut sehingga program podcast tersebut ‘berumur panjang’.
Selanjutnya adalah memikirkan ‘positioning’ bagi produk podcast yang akan diproduksi. Dengan semakin maraknya keberadaan materi podcast di jagat maya, sebaiknya dilakukan pemetaan sebagai dasar menentukan ‘unique selling point’ atau ‘value’ yang hendak ditawarkan.
Pada Maret 2016, Tech Insider merilis daftar podcast terbaik di dunia versi media tersebut. Di dalam situsnya dinyatakan, podcast audio merupakan sumber yang tepat untuk cerita, wawancara, dan karya jurnalistik.
Podcast yang umumnya berdurasi dari beberapa menit sampai 1 jam tersebut, menyediakan ruang kreasi bagi para kreatornya untuk bicara langsung pada pendengar, bebas dari pengalihan perhatian, dan menyediakan cara baru mengisi ruang dengar para komuter.
Materi podcast yang termasuk di dalam daftar tersebut mencakup wilayah minat yang luas, seperti teknologi, budaya, ilmu pengetahuan, dan inovasi.
Program Codebreaker menurut Tech Insider merupakan cara bercerita tentang teknologi yang cerdas dengan mempertanyakan dampak teknologi pada dunia kita.
Program podcast yang direkomendasikan umumnya memiliki kriteria sebagai berikut:
- Ragam topik relevan
- Dikemas santai dengan nuansa humor
- Menggunakan pendekatan bintang atau orang terkenal
- Menghibur, menggelitik, dan akrab
- Unik/tidak biasa
- Sederhana
- Percakapan
Budaya tutur orang Indonesia merupakan salah satu sinyalemen potensi pengembangan podcast audio (Rusdi, 2012). Selain itu, menurutnya, podcast audio dapat menambal kekurangan radio siaran yang selintas selain juga berfungsi sebagai penyimpanan produk-produk audio (dokumentasi).
Menurut Geoghegan dan Klass (2007), potensi dan popularitas podcast terletak pada keunggulannya: dapat diakses secara otomatis, mudah dan kontrol ada di tangan konsumen, dapat dibawa-bawa, dan selalu tersedia.*