Industri sudah mengalami empat kali revolusi atau perubahan cepat. Berikut ini pengertian Revolusi Industri 4.0 dan sebelumnya –Revolusi Industri 1.0, Revolusi Industri 2.0, dan Revolusi Industri 3.0.
Katalisnet.com –Revolusi industri 4.0 menjadi tema aktual dan sentral di dunia industri atau produksi barang.
Berita terkini, Direktur Jenderal Ketahanan, Perwilayahan dan Akses Industri Internasional (KPAII) Kementerian Perindustrian (Kemenperin), Eko SA Cahyanto, menilai era revolusi industri 4.0 yang ada di depan mata nantinya bakal banyak menyerap tenaga kerja.
Penilaian itu sekaligus membantah perkiraan banyak orang, bahwa implementasi industri 4.0 bakal bergantung pada mesin, sehingga jumlah tenaga kerja otomatis berkurang.
“Padahal kalau kita betul-betul memanfaatkan teknologi ini kita justru akan membutuhkan lebih banyak lagi tenaga kerja,” kata Eko dalam acara Forum Merdeka Barat secara virtual, Senin (5/4/2021).
Contents
Pengertian Revolusi Industri
Dikutip dari Line Today, revolusi industri adalah perubahan besar terhadap cara mengolah sumber daya dan memproduksi barang.
Revolusi industri merupakan fenomena yang terjadi antara 1750 – 1850. Saat itu, terjadi perubahan secara besar-besaran di bidang pertanian, manufaktur, pertambangan, transportasi, dan teknologi.
Perubahan tersebut ikut berdampak pada kondisi sosial, ekonomi, dan budaya di dunia. Berikut ini gambaran revolusi industri 1.0 hingga 4.0.
Secara ringkas, revolusi 1.0 mengacu pada mekanisasi atau penggunaan mesin, revolusi industri 2.0 merujuk pada pemanfaatan energi listrik (elektrik), revolusi industri 3.0 otomatisasi, komputerisasi, dan internet, sedangkan revolusi industri 4.0 serba digital.
Berikut ini pengertian Revolusi Industri 1.0, Revolusi Industri 2.0, Revolusi Industri 3.0, dan Revolusi Industri 4.0 yang dihimpun Katalisnet dari berbagai sumber.
Revolusi Industri 1.0 (Mesin)
Produksi barang sudah terjadi sejak awal peradaban manusia. Revolusi Industri atau perubahan cepat pada bidang industri dimulai pada abad ke-18.
Revolusi Industri 1.0 ditandai dengan penemuan mesin uap (steam engine) yang digunakan untuk proses produksi barang.
Saat itu, di Inggris, mesin uap digunakan sebagai alat tenun mekanis pertama yang dapat meningkatkan produktivitas industri tekstil. Peralatan kerja yang awalnya bergantung pada tenaga manusia dan hewan akhirnya digantikan dengan mesin tersebut.
Selain itu, mesin uap digunakan pada bidang transportasi. Transportasi internasional pada masa itu adalah transportasi laut yang masih menggunakan tenaga angin. Namun, angin tidak dapat sepenuhnya diandalkan karena bisa jadi angin bertiup dari arah yang berlawanan atau bahkan tidak ada angin sama sekali.
Penggunaan tenaga angin pada alat transportasi pun mulai berkurang sejak James Watt menemukan mesin uap yang jauh lebih efisien dan murah dibandingkan mesin uap sebelumnya pada 1776.
Dengan mesin uap tersebut, kapal dapat berlayar selama 24 jam penuh jika mesin uap tetap didukung dengan kayu dan batu bara yang cukup.
Revolusi industri memungkinkan bangsa Eropa mengirim kapal perang ke seluruh penjuru dunia dalam waktu yang jauh lebih singkat. Negara-negara imperialis di Eropa mulai menjajah kerajaan-kerajaan di Afrika dan Asia.
Selain penjajahan, terdapat dampak lain dari revolusi industri, yaitu pencemaran lingkungan akibat asap mesin uap dan limbah-limbah pabrik lainnya.
Revolusi Industri 2.0 (Listrik)
Revolusi Industri 2.0 terjadi di awal abad ke-20. Revolusi ini ditandai dengan penemuan tenaga listrik. Mesin uap mulai tergantikan lagi oleh tenaga listrik.
Berkat teknologi yang melibatkan listrik, di akhir 1800-an, mobil mulai diproduksi secara massal. Revolusi terjadi dengan terciptanya “lini produksi” (assembly line) yang menggunakan “ban berjalan” (conveyor belt) pada 1913.
Untuk menyelesaikan satu mobil, tidak lagi diperlukan satu orang untuk merakitnya dari awal hingga akhir. Para perakit mobil dilatih untuk menjadi spesialis yang mengurus satu bagian saja.
Selain itu, para perakit mobil telah melakukan pekerjaannya dengan bantuan alat-alat yang menggunakan tenaga listrik yang jauh lebih mudah dan murah daripada tenaga uap.
Revolusi Industri Kedua berdampak pada kondisi militer pada Perang Dunia II. Ribuan tank, pesawat, dan senjata diciptakan dari pabrik-pabrik yang menggunakan lini produksi dan ban berjalan.
Revolusi Industri 3.0 (Komputer)
Setelah revolusi pertama yang dipicu oleh mesin dan revolusi kedua yang dipicu oleh listrik, muuncul revolusi ketiga yang dipicu oleh mesin yang dapat bergerak dan berpikir secara otomatis, yaitu komputer dan robot.
Salah satu komputer pertama yang dikembangkan di era perang dunia II sebagai mesin untuk memecahkan kode buatan Nazi Jerman adalah komputer bernama Colossus.
Komputer yang dapat diprogram tersebut merupakan mesin raksasa sebesar ruang tidur yang tidak memiliki RAM dan tidak bisa menerima perintah dari manusia melalui keyboard.
Komputer purba tersebut hanya menerima perintah melalui pita kertas yang membutuhkan daya listrik sangat besar, yaitu 8.500 watt.
Namun, kemajuan teknologi komputer berkembang luar biasa pesat setelah perang dunia kedua selesai. Penemuan semikonduktor, transistor, dan kemudian integrated chip (IC) membuat ukuran komputer semakin kecil, listrik yang dibutuhkan semakin sedikit, serta kemampuan berhitungnya semakin canggih.
Mengecilnya ukuran membuat komputer bisa dipasang di mesin-mesin yang mengoperasikan lini produksi. Di era Revolusi Industri 3.0, komputer pun mulai menggantikan tenaga manusia sebagai operator dan pengendali lini produksi.
Revolusi Industri 4.0 (Digital)
Revolusi Industri 4.0 adalah tren di dunia industri yang menggabungkan teknologi otomatisasi dengan teknologi siber atau digitalisasi.
Istilah Industri 4.0 berasal dari sebuah proyek dalam strategi teknologi canggih Pemerintah Jerman yang mengutamakan komputerisasi pabrik.
Pada industri 4.0, teknologi manufaktur sudah masuk pada tren otomatisasi dan pertukaran data. Hal tersebut mencakup sistem siber-fisik, Internet of Things (IoT), cloud computing, dan cognitive computing.
Revolusi Industri Keempat ini menanamkan teknologi cerdas yang dapat terhubung dengan berbagai bidang kehidupan manusia.
Revolusi Industri 4.0 memunculkan banyak sekali inovasi baru bidang bisnis. Salah satunya munculnya transportasi online seperti Go-Jek dan Grab.
Kehadiran revolusi industri 4.0 memang menghadirkan usaha baru, lapangan kerja baru, dan profesi baru yang tak terpikirkan sebelumnya.
Dikenal juga dengan istilah “cyber physical system”, konsep penerapan Revolusi Industri 4.0 berpusat pada otomatisasi.
Dibantu teknologi informasi dalam proses pengaplikasiannya, keterlibatan tenaga manusia dalam prosesnya dapat berkurang.
Dengan demikian, efektivitas dan efisiensi pada suatu lingkungan kerja dengan sendirinya bertambah. Dalam dunia industri, hal ini berdampak signifikan pada kualitas kerja dan biaya produksi.
5 Pilar Teknologi Revolusi Industri 4.0
Dalam Revolusi Industri 4.0, setidaknya ada lima teknologi yang menjadi pilar utama dalam mengembangkan sebuah industri siap digital, yaitu: Internet of Things, Big Data, Artificial Intelligence, Cloud Computing, dan Additive Manufacturing.
1. Internet of Things (IoT)
IoT atau “internet untuk segala” merupakan sistem yang menggunakan perangkat komputasi, mekanis, dan mesin digital dalam satu keterhubungan (interrelated connection) untuk menjalankan fungsinya melalui komunikasi data pada jaringan internet tanpa memerlukan interaksi antarmanusia atau interaksi manusia dan komputer.
Sistem IoT mengintegrasikan empat komponen, yaitu: perangkat sensor, konektivitas, pemrosesan data, dan antarmuka pengguna.
Contoh aplikasi IoT di Indonesia: Gowes (IoT untuk bike sharing), eFishery (IoT pemberi pakan ikan otomatis), Qlue
(IoT untuk smart city), dan Hara (IoT untuk pangan dan pertanian).
2. Big Data
Big Data adalah istilah yang menggambarkan volume besar data, baik terstruktur maupun tidak terstruktur. Namun bukan jumlah data yang penting, melainkan apa yang dilakukan organisasi terhadap data.
Big Data dapat dianalisis untuk pengambilan keputusan maupun strategi bisnis yang lebih baik. Penyedia Layanan Big Data Indonesia, antara lain:
a. Sonar Platform;
b. Paques Platform;
c. Warung Data;
d. Dattabot.
3. Artificial Intelligence (AI)
AI merupakan sebuah teknologi komputer atau mesin yang memiliki kecerdasan layaknya manusia dan bisa diatur sesuai keinginan manusia.
AI bekerja dengan mempelajari data yang diterima secara berkesinambungan. Semakin banyak data yang diterima dan dianalisis, semakin baik pula AI dalam membuat prediksi. Aplikasi chatbot dan pengenalan wajah (face recognition) merupakan salah satu contoh penerapan AI.
4. Cloud Computing
Komputasi awan (cloud computing) adalah teknologi yang menjadikan internet sebagai pusat pengelolaan data dan aplikasi.
Pengguna komputer diberikan hak akses (login) menggunakan cloud untuk dapat mengkonfigurasi peladen (server) melalui internet. Contohnya, hosting situs web berbentuk peladen virtual.
Ada tiga jenis model layanan dari komputasi awan, yaitu:
- Cloud Software as a Service (SaaS) — layanan untuk menggunakan aplikasi yang telah disediakan oleh infrastruktur awan;
- Cloud Platform as a Service (PaaS) — layanan untuk menggunakan platform yang telah disediakan, sehingga pengembang hanya fokus pada pengembangan aplikasi;
- Infrastructure as a Service (IaaS) – layanan untuk menggunakan infrastruktur yang telah disediakan, dimana konsumen dapat memproses, menyimpanan, berjaringan, dan memakai sumber daya komputasi lain yang diperlukan oleh aplikasi.
Produk-produk cloud computing di Indonesia antara lain K-Cloud, CloudKilat, Dewaweb, IDCloudHost, dan FreeCloud.
5. Addictive Manufacturing
Additive manufacturing merupakan terobosan baru di industri manufaktur dengan memanfaatkan mesin pencetak 3D atau sering dikenal dengan istilah 3D printing.
Gambar desain digital yang telah dibuat diwujudkan menjadi benda nyata dengan ukuran dan bentuk yang sama dengan desain sebenarnya atau dengan skala tertentu.
Teknologi additive manufacturing mampu memproduksi lebih banyak desain dan memproduksi barang yang tidak bisa dibuat dengan teknologi manufaktur tradisional. (Sumber)
Demikian pengertian Revolusi Industri 1.0, Revolusi Industri 2.0, Revolusi Industri 3.0, dan Revolusi Industri 4.0 berkat penemuan mesin, listrik, komputer, dan kini internet yang melahirkan digitalisasi di segala bidang.*