Katalis.net — Bonus demografi akan membawa dampak sosial-ekonomi, sekaligus membuka “Jendela Peluang” dimana Penduduk produktif yang menanggung penduduk nonproduktif akan sangat rendah.
Namun bonus demografi juga bisa sebagai “Pintu Petaka” tatkala Negara tidak mampu menyiapkan generasi muda.
Kondisi ini sejalan dengan laporan PBB, yang menyebutkan bahwa dibandingkan dengan negara Asia lainnya, angka ketergantungan penduduk Indonesia akan terus menurun sampai 2020 jika sumber daya manusia siap bersaing.
Artinya, diperlukan pendekatan atau cara dalam mencetak generasi muda agar mampu bersaing di era disrupsi ini.
Praktisi “Ke-Ayahan” yang juga Ketua Karang Taruna Jawa Barat, Subchan Daragana mengatakan, ada dua pendekatan yang harus dilakukan yaitu tumbuh kembang secara fisik dan perkembangan psikologisnya.
Tumbuh kembang secara fisik sangat penting mengingat saat ini Indonesia dihadapkan pada persoalan angka stunting (gizi buruk) yang tinggi dimana lebih dari dua juta anak menderita gizi buruk dan lebih dari tujuh juta anak di bawah usia 5 tahun mengalami stunting.
Belum lama ini UNICEF memberikan perkiraan bahwa dengan tidak adanya tindakan yang tepat waktu, jumlah anak yang mengalami wasting atau kekurangan gizi akut di bawah 5 tahun dapat meningkat secara global sekitar 15 persen tahun ini karena COVID-19. Kondisi itu menjadi tantangan yang harus mendapat perhatian khusus.
Subchan Daragana yang akrab disapa Kang Gana ini menambahkan, pertumbuhan fisik memiliki ruang yang terbatas jika dibandingkan dengan pertumbuhan psikologis yang tidak terbatas.
Contents
Keluarga Sebagai Lembaga untuk Membangun Bangsa
Tegak rumah karena sendi, tanpa sendi rumah binasa. Tegak bangsa karena budi, tanpa budi bangsa binasa.
Pepatah lama itu sudah banyak didengar oleh orang. Namun pertanyaannya adalah seberapa banyak orang yang memahami sekaligus menerapkan pepatah itu dalam kehidupan sehari-hari.
Salah satu permasalahan manusia yang sepertinya tidak pernah selesai hingga memasuki zaman milenial sekarang ini adalah budi pekerti.
Prof. Dr. Hamka dalam buku Lembaga Budi ingin memberikan penjelasan bahwa budi pekerti merupakan salah satu kunci dalam membangun peradaban bangsa agar bisa bersahaja.
Hal ini senada dengan apa yang menjadi pemikiran Ketua Karang Taruna Jawa Barat, Subchan Daragana yang mengatakan bahwa untuk membangun sebuah bangsa harus dimulai dari ranah “domestik” yaitu keluarga.
” Untuk itu sosialisasi menjadi sangat penting dan harus dilakukan oleh pemerintah untuk memberikan pemahaman kepada orangtua khususnya para ayah bahwa mereka memiliki kontribusi besar dalam membangun bangsa melalui pembinaan keluarga, “tegas Ketua Karang Taruna Jabar Kang Gana.
Mindset Positif dan Besar untuk Membangun Desa
Mindset akan mempengaruhi setiap tindakan yang dilakukan seseorang. Sementara tindakan adalah salah satu penentu apakah kita akan sukses atau tidak.
Tentu saja orang-orang sukses memiliki pola pikir bahwa sukses adalah sebuah perjalanan panjang yang penuh dengan proses di dalamnya.
Sebagai referensi bersama, buku Mindset karya Rhenald Kasali mengontraskan antara pikir tetap (fifixed mindset) dan pola pikir tumbuh (growth mindset).
Ternyata, orang yang berpola pikir tumbuh lebih mampu mempertahankan kesuksesan dan kegembiraan hidup. Kondisi ini dikarenakan mereka lebih menekankan proses belajar dan peran ikhtiar daripada mengandalkan bakat dan kecerdasan.
Membangun psikologis generasi muda khususnya di desa dengan menanamkan mindset-mindset yang hebat menjadi langkah pertama yang harus dilakukan, mengingat generasi muda di desa belum sepenuhnya diajarkan bahwa desa memiliki potensi yang luar biasa.
Desa memiliki potensi yang luar biasa dan terbuka lebar untuk menciptakan peluang usaha. Hal ini dikarenakan masih tingginya sumber daya alam dan sumber daya manusia yang masih bisa dikembangkan dan potensi lainnya yang menjadi ciri khas suatu daerah.
Kang Gana menjelaskan, selain membangun mindset positif, generasi muda juga perlu diberikan ruang untuk terlibat dalam proses pembangunan serta perlu ada kebijakan pemerintah agar pemuda mau tetap tinggal dan membangun desa.
Membangun Peran Besar Pemuda Dalam Pembangunan Desa
Dalam kehidupan suatu bangsa pemuda memilki peran penting terhadap kemajuan terhadap peradaban. Terdapat potensi kepemimpinan dalam diri generasi muda untuk memimpin pembangunan di desa.
Pemuda bisa menjadi sumber energi keberlanjutan pembangunan desa dengan pemikiran-pemikiran Zaman Now.
Dalam perkembangan zaman yang semakin canggih dan terdisrupsi, aktivitas generasi muda sudah menyatu dengan kecepatan informasi dan perkembangan teknologi.
Kondisi ini seharusnya menjadi modal besar bagi generasi milenial untuk tidak lagi acuh terhadap pembangunan di desa.
Peran orangtua dan pemerintah di daerah menjadi penting untuk melatih generasi muda untuk menjadi pemimpin yang sejati, serta berikan generasi muda ruang dalam skala yang kecil di ruang publik seperti keterlibatan di BUMDES dan sebagainya.
Dalam wawancara dengan Katalis.net, Kang Gana mengatakan, jika pemuda dilibatkan dalam peran besar di masyarakat, akan membantu banyak hal kedepannya. Para pemuda bisa berperan menjadi leader, Mediamaker serta organizer.
Katalis.net